Minggu, 23 Februari 2020

Saatnya Santri Melek Konsep Muamalah Kontemporer; Revitalisasi Hukum dengan Santun dan Islami

Dewasa ini peradaban manusia benar-benar mengalami transformasi yang begitu pesat. Semakin derasnya arus perkembangan terknologi nyatanya memang berakibat pada gaya hidup manusia hingga lupa akan kemana ia akan kembali.Oleh sebab itu, sebagai Santri seyogyanya harus melek konsep Muamalah secara kontemporer agar mampu memjawab segala macam problematika di masyarakat.
Santri, bukan hanya sekedar suatu julukan. Namun Santri merupakan gambaran jati diri seorang insan yang telah mengenal pribadi dari segi bathin maupun zhohir.
Santri, tidak hanya sebatas ngaji di pondok pesantren.  Justru Santri sejatinya mampu membuat suasana apapun dan dimanapun menjadi sebuah ruang edukasi.
Santri, bukan berarti kaum apatis. Sejatinya tanggung jawab yang utama bagi seorang Santri adalah mengayomi dan mengingatkan masyarakatnya agar bersama-sama menuju jalan yang dirahmati.
Santri, bukan sekedar kaum sarungan. Namun Santri adalah sesosok pribadi yang berusaha sepenuhnya untuk mengabdikan diri kepada sang ilahi.
Sedikitnya hipotesis yang telah tersebutkan diatas tentunya untuk menjadi seorang santri bukanlah suatu capaian yang bisa diraih dengan mudah. Menjadi Santri harus mampu memahami agama langit secara disiplin dan sesuai dengan bimbingan dari sang kiai.
Agama langit adalah ajaran yang diperuntukkan untuk umat manusia. Cakupannya amat luas, sehingga konteksnya tidak terbatas. Ajaran ini begitu fitrah (murni) yang secara konsisten menjadi pedoman dalam kehidupan peradaban manusia dari zaman ke zaman.
Pedoman tersebut berupa kutub ialah buku-buku yang dinamakan Al-Qur’an, Taurat, Injil, dan Zabur. Al-Qur’an adalah kitab yang paling istimewa, karena isi kandungannya mencakup tiga kitab sebelumnya.
Oleh sebab itu, seorang Santri dalam memahami Al-Qur’an bukan sesuatu hal yang mudah, yang tidak terlepas dari Nahwu, Bayan, Mantiq, Ma’ani dan Bhalagah, Tarikh, Riwayah dan sains. fakta yang terlah disebutkan para ulama telah sepakat termasuk Al-Habib Al-Mursyid M. Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya pernah berkata hal demikian.
Sejauh ini semakin jelaslah pula, ternyata menjadi Santri adalah menjadi pelopor-pelopor kemajuan bangsa karena tanggung jawabnya tidak sebatas terhadap diri sendiri. Tujuan utama Santri adalah kesejahteraan masyarakat.
Demi mendukung penyataan diatas, lantas apa yang harus dilakukan oleh seorang Santri? menjadi Santri baiknya lebih fleksibel, agar tidak terlalu monoton dalam bersikap. Santri yang bagaimana yang diharapkan? pada masa ini, yang dibutuhkan dari seorang Santri yakni sesosok yang piawai, sehinga menimbulkan kesejukan di berbagai kalangan.
Dewasa ini sudah saatnya seorang Santri harus mampu menjadi rujukan di tiap-tiap permasalahan di masyarakat. Karenanya Santri Santri melek konsep muamalah serta keterkaitannya.
jabalkat
Dalam hal ini saya memiliki sebuah buku yang berjudul “JABALKAT (Jawaban Problematika Masyarakat)”. Buku ini berisi lebih dari 450 jawaban atau berbagai problematika masyarakat, baik yang berkaitan dengan akidah, ibadah, muamalah ataupun interaksi sosial lain yang sering mencuat di tengah-tengah masyarakat.
Buku ini merupakan kumpulan dari bahtsul masail yang disusun oleh purna siswa 2015 MHM Lirboyo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar