Minggu, 23 Februari 2020

Seberapa Penting Sebuah Judul Skripsi

Pagi ini. Jum'at pagi di bulan Januari saya menikmati suasana dengan membuat secangkir kopi lalu membuka laptop pribadi kemudian memulai untuk menulis sebuah blog  dengan merujuk pada sebuah judul "seberapa penting judul?"
Judul memang penting. Namun saya masih merasa terlalu dini dalam menentukan sudut pandang pada sebuah tulisan.
Saya memiliki beberapa pengalaman dan mempunyai sebuah cerita yang saya alami sendiri. pengalaman ini berkaitan dengan sebuah karya tulis yang menentukan suatu kelulusan dalam perguruan tinggi.
Ya ! betul. Saya baru saja menyelesaikan studi saya di salah satu perguruan tinggi yang terletak di Serang - Banten.  Saya telah menyelesaikan pendidikan program S1 pendidikan bahasa Inggris di Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Fresh Graduate orang lain menyebutnya. Ya memang saya belum lama di wisuda. Pada bulan Desember tahun lalu saya di wisuda.
Kembali pada pengalaman pribadi saya.
Ceritanya, ini berkaitan dengan judul artikel yang sedang saya tulis "seberapa penting judul".

Berawal dari judul skripsi


Pada mulanya saya merasa bersemangat dengan proses perkuliahan di semester akhir. Yang mana kegiatan perkuliahan dilaksanakan di luar kampus.
Setelah saya dan teman mahasiswa yang lain menjalankan perkuliah yang secara formal dilaksanakan di dalam kelas. Pada masanya saya merasa dituntut untuk berpikir lebih luas dengan mencari ide-ide diluar kelas.
Singkat cerita. Sehari sebelum saya melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) saya berjalan menuju ruangan jurusan Tadris Bahasa Inggris untuk mengajukan beberapa judul skripsi yang sudah saya persiapkan sebelumnya.
Memang sesuai harapan. Ternyata pada hari itu pula judul saya langsung diterima.
Keesokan harinya saya melanjutkan kegiatan perkuliahan di kecamatan Pontang, desa Kaserangan bersama teman kelompok KKN yang sudah ditentukan oleh kebijakan kampus.
Selama 31 hari saya dan teman kelompok mengabdikan diri kepada masyarakat disana dan mengadakan beberapa program sosial.
Pengalaman yang amat berharga yang pernah saya rasakan. Lewat kegiatan KKN saya tahu betapa tidak mudahnya menjadi kepercayaan dan bermanfaat bagi masyarakat.
karena bukan pekerjaan yang mudah mengelola  sumber daya manusia dan alam untuk menjadikan sebuah desa menjadi baik.
Waktu berjalan sebagaimana mestinya.
Kini saya kembali melanjutkan perkuliahan saya di Serang. menggarap sebuah judul skripsi yang sudah saya ajukan.
Berangkat dari sebuah judul saya mulai menulis skripsi.
Dalam penulisannya saya mengalami banyak kesulitan. maklum, masih awam.
Berbagai cara sudah saya lakukan namun terkadang saya termenung. Memikirkan kelanjutan dari karya tulisan yang akan sedang saya garap tersebut.
apakah akan bermanfaat atau hanya sekedar jadi pelengkap koleksi buku di lemari saja?.
Melalui karya ilmiah ini. Apakah akan menjamin bahwa saya mampu menulis dengan baik dan lebih baik lagi?.
Berulang ulang kali saya bertanya kepada diri saya. Menanyakan apakah ini benar karya ilmiah saya?.
Lalu saya pun membuka laptop memperhatikan judul skripsi. Sedikit demi sedikit saya mengetik kembali.

Apakah harus dimulai dengan sebuah judul?


Justru kejanggalan yang saya alami adalah dari pertanyaan "haruskah dimulai dengan menetukan sebuah judul?" atau "seberapa penting sebuah judul?"
Izinkan saya barmain logika. "setiap orang memiliki kepentingan masing-masing". Artinya seseorang tersebut pasti tidak terlalu membutuhkan hal-hal di luar kepentingannya.
Kita ambil contoh. Misalkan Anda adalah seorang penggiat literasi, yang mana Anda mempunyai hobi membaca buku.
Pada suatu hari. Saya memberikan pilihan kepada Anda sebuah buku atau smartphone? maka secara naluri Anda akan memilih sebuah buku.
Padahal dalam Smartphone juga terdapat berbagai fitur yang bisa mengakses sebuah buku.
kurang lebih seperti itu.
Sejalan dengan pengalaman yang saya rasakan ketika menyusun skripsi. Kala itu saya sudah menetukan sebuah judul namun ternyata saya merasa kebingungan ditengah penulisan.
Hal tersebut saya rasakan karena konteks yang saya bahas terbatas oleh sebuah judul skripsi saya.
Saat saya melakukan pencarian referensi justru otak saya terbatas oleh sebuah judul. Jadi sumber buku yang membahas di luar dari pada keterkaitan dengan judul skripsi maka pada saat itu pula saya buang.
Sekarang bisa Anda bayangkan betapa terbatasnya saya untuk belajar lebih luas. Bukankah saya harusnya lebih ulet lagi dalam mengambil kesempatan untuk belajar di luar kelas. betul?
Maka dari sini saya simpulkan bahwa kita tidak perlu sebetulnya memulai tulisan kita dengan sebuah judul. Biarkan ide-ide atau gagasan yang ada di otak kita mengalir seperti sungai.

Tidak mungkin tidak ada ide


Tuhan memberikan anugrah kepada kita sebuah akal. Akal menjadi pembeda antara manusia dengan hewan.
Akal diciptakan oleh Tuhan untuk berpikir. Berpikir adalah kegiatan manusia. Manusia itu adalah makhluk banyak tanya.
Bertanya adalah kegiatan manusia. Maka semakin banyak bertanya manusia akan semakin banyak tahu.
Bertanya adalah naluri. Sungguh sangat dianjurkan seseorang memberikan kesempatan kepada dirinya untuk mengetahui sesuatu. Kebebasan untuk berpikir merupakan hal yang lazim untuk dinikmati.
Lantas. Mengapa kita harus membatasi diri?
Maka teranglah sudah. Haruskah dimulai sebuah judul?
Sejatinya begitu banyak ide yang bisa kita kembangkan. Bahkan dari situasi alam sekitar sekalipun.

Mulailah menulis


Jika Anda sudah membaca sampai paragraf ini baiknya Anda sudah dapat menyimpulkan bahwa untuk menulis tidaklah perlu kita memulainya dengan sebuah judul.
Carilah ide - Temukan hal yang menarik untuk dijadikan sebuah karya tulis - Bentuklah kerangka dari ide tersebut.
Mulailah dengan kata. Mulailah menulis.
Ayunkan setiap jari Anda untuk membentuk sebuah kata demi kata sampai menjadi sebuah frasa hingga Anda membangun sebuah paragraf.
Lakukan hal tersebut terus menerus. Biarkan otak dan tangan Anda bekerja secara maksimal. Tak usah bersusah payah lagi kita memikirkan seberapa penting sebuah judul.
Sadar atau tidak sadar Anda telah membaca tulisan saya pada baris pertama yang diawali dengan sebuah kegiatan sehari-hari.
Sampailah saya pada bagian penutup. Sementara saya masih ingin berbagi cerita betapa indahnya menulis.
Lantas dengan kalimat apa saya menutup tulisan ini?
baiknya saya tutup dengan "selamat menulis, bro".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar